:: Mau dapatkan semua berita terhangat di negeri ini dan luar negeri ya.. cuma disini tempatnya. Digital News 4U Menyajikan berita terhangat dan unik ::
TopBottom
Announcement: wanna exchange links? contact me at infoyudijs@gmail.com.

Inilah dosa-dosa Rafael Benitez yang membuatnya di pecat dari INTER MILAN

Posted by yudijs | Digital News 4U at Sabtu, 25 Desember 2010
Share this post:
Ma.gnolia DiggIt! Del.icio.us Yahoo Furl Technorati Reddit




[Artikel ini sudah dibaca sebanyak Kali]

Beberapa pekan terakhir,
spekulasi tentang masa depan
Rafael Benitez di Inter Milan
terus bergejolak dan hari Kamis
(23/12) kemarin semua
mencapai puncaknya dengan
berakhirnya kepemimpinan
pelatih asal Spanyol itu di San
Siro.

Semua saga ini bermula dari
pernyataan Rafa usai membawa
La Beneamata memenangkan
trofi Piala Dunia Antar Klub, di
mana ia memberi ultimatum
pada pihak klub, khususnya
presiden Massimo Moratti untuk
memenuhi permintaannya akan
pemain baru atau ia mengancam
akan pergi.

Banyak pihak menyebut itu
adalah langkah konyol yang
dilakukan Benitez. Kemenangan
melawan tim Kongo, TP
Mazembe di final merupakan
sesuatu yang dirasa wajib dan
sudah diperkirakan semua
orang karena jika tidak,
Benitez pun akan kehilangan
pekerjaannya.

Benitez rupanya merasa sudah
melakukan pekerjaan besar dan
tidak belajar dari pengalaman
pendahulunya, Roberto Mancini
dan Luigi Simoni. Mancini dipecat
Inter hanya sebulan setelah
surat pengunduran dirinya
ditolak, dan Simoni pun
dilengserkan saat ia merasa
layak menerima respek lebih
besar usai memenangkan
penghargaan Pelatih Terbaik.

Berikut adalah dosa-dosa Rafael Benitez yang
membuatnya terlempar dari
kursi panas pelatih Nerazzurri:

1. Menyalahkan Kurangnya
Amunisi Baru
Rafa terus-terusan mengeluh
tentang kurangnya aktivitas
transfer di tubuh Inter sejak
kedatangannya musim panas
kemarin, namun ia melupakan
dua faktor penting. Pertama,
pihak klub harus melakukan
upaya untuk menyeimbangkan
neraca keuangan mereka, dan
kedua, skuad yang dimilikinya
adalah tim yang sama
yang memenangkan lima trofi
dalam tujuh bulan terakhir. Jadi
kekuatan tim Inter sejatinya
bukanlah masalah utama.

2. Menyalahkan Badai Cedera
Badai cedera yang menimpa
Nerazzurri memang mengerikan
dan itu tak diragukan lagi.
Kehilangan tiga atau empat
pemain adalah hal biasa, namun
kehilangan hampir separuh
skuad utama adalah masalah
lain. Meski demikian, jika dirunut
ke belakang, di awal musim Inter
ditahan imbang tanpa gol oleh
Bologna, kemudian dibekuk
Roma serta bermain seri kontra
Juventus, maka jelas bahwa
hasil buruk dan performa
mengecewakan Inter sudah
muncul jauh sebelum badai krisis
mendera.

3. Tak Bisa Mempertahankan
Hubungan Dengan Skuad
Lihatlah komentar Marco
Materazzi dan Dejan Stankovic
usai final Piala Dunia Antar Klub.
Stankovic menggambarkan
posisinya di bangku cadangan
bagaikan "luka tersayat" sementara Materazzi
mengatakan jika "apa yang
dilakukan Benitez bukanlah
urusan kami". Dua pemain ini
merupakan figur kunci, pemimpin
di ruang ganti dan sikap mereka
menggambarkan seluruh skuad
Inter. Mereka tahu bahwa
pelatih mereka tengah karam,
namun mereka tak mau
memberikan sedikit pun
pertolongan.

4. Tak Memiliki Kekuasaan
Para pemain Inter mungkin tak
membenci pelatihnya, namun
mereka tak menghormatinya
dan itu hal yang jauh lebih
buruk. Saat melawat ke Roma,
Cristian Chivu menerobos ke sisi
lapangan sembari berteriak
pada Benitez. "Jika tak ada
yang berubah, maka aku akan
pergi," serunya memprotes
kegagalan Samuel Eto'o
membantu pertahanan. Apakah
ia berani melakukannya pada
Jose Mourinho? Sepertinya
tidak. Wesley Sneijder bahkan
mengatakan jika ia rela mati
demi Mourinho, namun ia tak
mau susah payah berkorban
untuk Benitez.

5. Terlalu banyak Berkelit
Enam kekalahan dan enam hasil
imbang yang didapat Inter
sejauh ini mungkin akan lebih
mudah dicerna bagi fans Inter
jika sang Spaniard sedikit lebih
merendah dalam komentarnya
usai pertandingan. Namun
sebaliknya, ketimbang memuji
penampilan lawan atau
mengakui buruknya penampilan
anak asuhnya, Benitez lebih
suka mengajukan berbagai
macam alibi, mulai dari cedera,
kondisi lapangan, kepemimpinan
wasit dan sebagainya.

6. Kalah di Laga Penting
Takluk dalam partai Derby della
Madonnina, tumbang saat
bertandang ke kandang Roma
dan Lazio, juga saat melawat ke
markas Tottenham dan Werder
Bremen, yang digambarkan
Benitez sebagai "laga yang tak
harus dimenangkan", namun
nyatanya itu telah membuang
peluang mereka untuk
mempertahankan posisi
pemuncak klasemen Liga
Champions - dan tentunya
menambah berat langkah
mereka di babak knockout.

7. Bermain Api
Piala Dunia Antar Klub mungkin
menjadi peluang Benitez untuk
menyelamatkan pekerjaannya
dan ia sudah berhasil
melakukannya, jika saja ia tak
terhanyut oleh kemenangan.
Sebelum turnamen, Moratti
menyatakan jika memenangkan
trofi itu akan mengangkat nilai
Benitez dari 6 menjadi 10. Inter
sukses merengkuh gelar kelima
mereka, dan jika saja Benitez
mau mempertahankan egonya,
mungkin ia akan mendapatkan
respek yang ia inginkan.
Sebaliknya, ia bermain api
dengan ultimatum "dukung aku
atau pecat aku" yang kemudian
memulai saga pemecatannya.

8. Tak Tahu Terima Kasih
Aksi ultimatum Benitez itu
mungkin menjadi hal yang jelas
betapa ia tak tahu rasa
berterima kasih pada Moratti. Ia
gagal memahami bahwa ia bisa
dan mungkin saja dipecat jauh
sebelum Piala Dunia Antar Klub
digelar, jika itu bukan karena
sang presiden.

Masukan Alamat Email Anda Di Sini Untuk Mendapatkan Berita Terbaru :



Artikel Terkait:


0 komentar:

Posting Komentar

Dilarang berkomentar yang bersifat Spam, Syara dan Profokatif