Cara Bijak Mencegah Anak Agar Tidak Merokok
Posted by
yudijs | Digital News 4U at Jumat, 15 Oktober 2010
Share this post:
|
Meskipun terdapat peraturan batasan usia untuk membeli rokok, bukan
berarti bisa menghindarkan anak-anak dari barang yang satu itu. Karena
tak sedikit orang yang sudah mulai mencoba merokok sejak anak-anak.
Hampir sebagian besar perokok dewasa mengakui sudah memulainya sejak
masih kecil. Umumnya anak-anak mulai merokok karena alasan tertentu
seperti agar terlihat keren, agar tidak ditinggalkan oleh
teman-temannya, merasa sudah dewasa serta bebas.
Namun orangtua harus segera menyikapinya dan menjaga anak-anak agar
tidak pernah mencoba merokok. Seperti dikutip dari Health.MSN, Jumat
(15/10/2010) diperlukan dasar komunikasi yang baik dengan anak untuk
bisa mencegahnya agar tidak mencoba rokok.
Ada beberapa hal yang bisa
dilakukan oleh orangtua, yaitu:
Cobalah untuk mendiskusikan topik yang sensitif dengan cara tidak
menakut-nakuti atau semacam penghakiman.
Tekankan pada anak-anak
mengenai hal yang benar dan bukan mengenai yang salah, serta
kepercayaan diri adalah perlindungan terbaik bagi anak agar terhindar
dari tekanan
teman sebayanya.
Mendorong anak untuk terlibat dalam aktivitas yang melarang untuk
merokok. Sangat penting untuk terus berbicara pada anak-anak tentang
bahaya penggunaan rokok selama bertahun-tahun.
Tanyakan pada anak apa yang menarik dan tidak menarik tentang rokok,
usahakan orangtua menjadi pendengar yang sabar.
Diskusikan dengan anak tentang cara anak menanggapi tekanan dari teman
sebayanya. Mungkin
akan sulit untuk mengatakan tidak, tapi cobalah memberikan
respons alternatif seperti
mengatakan bahwa merokok bisa membuat baju dan napasnya menjadi bau.
Mendorong anak untuk
meninggalkan teman-temannya yang tidak menghormati alasannya.
Jelaskan pada anak bagaimana rokok bisa mengatur hidupnya,
seperti bagaimana cara membeli rokok, dari mana anak-anak bisa
mendapatkan uang dan hal
lainnya.
Namun seringkali orangtua
kecolongan dan menemukan
anaknya sudah mulai merokok, misalnya dengan mencium bau asap dari
pakaiannya. Hal pertama yang dilakukan oleh
orangtua cobalah untuk tidak bereaksi berlebihan. Tanyakan padanya
apakah ia bergaul dengan teman-teman yang merokok atau hanya
mencobanya saja, karena banyak anak yang hanya mencoba sekali lalu
meninggalkan rokok.
Tapi jika setelah itu muncul
tanda-tanda seperti anak
sering batuk, suara serak, bau mulut, rentan terkena pilek, sesak
napas dan seringkali menemukan bau asap di pakaiannya, maka ada
kemungkinan anak sudah mulai terbiasa untuk merokok.
Kondisi ini masih bisa terjadi
karena terkadang pondasi yang baik antara orangtua dan anak tidak cukup untuk
menghentikan anak
bereksperimen dengan rokok. Karenanya diperlukan komunikasi yang
intens dan lebih fokus. Berikut ini ada beberapa tips yang bisa
membantu, yaitu:
Cobalah untuk meminta anak mengungkapkan apa yang membuatnya tertarik
dengan rokok dan meminta anak untuk berbicara jujur.
Sebagian besar anak tidak bisa menghargai bahwa perilakunya saat ini
dapat mempengaruhi kesehatan di masa depan. Untuk itu cobalah
berbicara bahwa
anak bisa membelikan suatu
barang yang lebih berarti
dengan uangnya dibandingkan membeli barang yang bisa membuatnya sesak
napas, bau mulut dan gigi kuning.
Jika anak mengungkapkan
bahwa ia bisa berhenti merokok kapanpun ia menginginkannya, maka
mintalah anak untuk
menghentikan konsumsi
makanan favoritnya selama
seminggu. Hal ini menunjukkan bahwa tidak mudah untuk berhenti merokok
jika sudah
kecanduan. Cobalah untuk tidak mengomel, karena akan semakin sulit
untuk membuat anak berhenti
merokok.
Membantu anak untuk
mengembangkan rencananya berhenti merokok serta tidak
lupa memberinya pujian saat rencana tersebut berhasil.
Jika hal tersebut tidak
membantu dan frekuensi anak merokok semakin sering, maka ajaklah ia
bertemu dengan dokter untuk merencanakan
terapi menghentikan kebiasaan merokoknya.
Detik.com